Monday, January 7, 2008

Dua Jalan Menuju Allah

Dzun-Nun mengisahkan sebagai berikut: Selama empat puluh tahun, aku menyeru manusia untuk bertobat, tapi hanya satu orang yang dalang ke istana Tuhan dalam ketaatan. Beginilah ceritanyaSuatu hari, seorang pangeran dengan rombongannya melintas di hadapanku di dekat pintu masjid. Aku berkata, "Tiada yang lebih bodoh daripada orang lemah yang berseteru dengan orang yang kuat.""Apa maksud perkataanmu?" tanya sang pangeran"Manusia itu lemah, namun ia berseteru dengan Yang Maha Kuat," kataku.Sang pangeran muda itu menjadi pucai pasi. Ia bangkit dan bergegas pergi. Keesokan harinya ia kembali. I"Jalan apa yang harus ditempuh untuk menuju Allah" tanyanya."Ada jalan yang kecil, dan ada jalan yang besar," jawabku. "Jalan mana yang engkau inginkan? Jika engkau memilih jalan yang kecil, abaikanlah dunia serta nafsu jasmaniahmu, dan berhentilah berbuat dosa. Jika engkau menginginkan jalan yang besar, abaikanlah segalanya kecuali Allah, dan kosongkanlah hatimu dari segala hal selain-Nya.""Demi Allah, aku hanya, akan memilih jalan yang besar," kata sang pangeran.Keesokan harinya, ia. mengenakan jubah wol, dan mengikuti jalan mistik. Akhirnya ia menjadi seorang wali.

MELAWAN KEMALASAN

Abu Yazid mengisahkan: Suatu malam, aku melintasi padang pasir. Aku menyelubungi kepalaku dengan pakaianku lalu tertidur. Tiba-tiba, suatu keadaan mendatangiku (junub), sehingga aku wajib untuk mandi. Saat itu, dinginnya malam benar-benar menggigit. Saat aku bangkit, jiwaku enggan berendam di air dingin. "Tunggulah hingga matahari terbit," jawabku berkata. Melihat keengganan dan ketidakacuhan jiwaku terhadap kewajiban-kewajiban agama, aku pun bangkit dan memecahkan es dengan tetap mengenakan jubahku lalu mandi. Kemudian aku tetap mengenakan jubahku hingga aku jatuh pingsan. Saat aku terjaga, jubahku telah kering dalam sekejap.